TBC tulang belakang adalah tuberkulosis yang terjadi di luar paru-paru, tepatnya di tulang belakang. Penyakit ini umumnya menginfeksi tulang belakang pada area tengah punggung.
TBC atau tuberkulosis (TB) tulang belakang dikenal juga dengan nama penyakit Pott. Kondisi ini dapat terjadi pada seseorang yang pernah atau sedang menderita TB paru. Namun, pada beberapa kasus, TBC tulang belakang juga bisa terjadi pada seseorang yang tidak memiliki riwayat TB sebelumnya.
Di seluruh dunia, TBC tulang belakang mencapai 10–35% dari kasus TB di luar paru-paru. Kondisi ini tergolong berbahaya, karena dapat menyebabkan kerusakan yang cukup parah pada tulang belakang dan saraf tulang belakang. Akibatnya, penderita bisa mengalami kelumpuhan atau bahkan kematian.
Penyebab TBC Tulang Belakang
TBC tulang belakang terjadi ketika bakteri Mycobacterium tuberculosis dari paru-paru atau lokasi lain di luar tulang belakang menyebar ke tulang belakang melalui darah. Bakteri ini kemudian menyerang keping atau sendi yang terdapat di antara tulang belakang sehingga menyebabkan kematian jaringan sendi dan kerusakan di tulang belakang.
TBC tulang belakang dapat terjadi pada orang yang tidak menderita atau memiliki riwayat tuberkulosis di organ lain. Hal ini karena bakteri tuberkulosis bisa berada di dalam tubuh tanpa menimbulkan gejala. Kondisi ini disebut juga dengan TB laten.
Penularan tuberkulosis umumnya terjadi melalui percikan air liur penderita tuberkulosis paru yang bersin atau batuk. Oleh sebab itu, seseorang akan semakin berisiko tertular TBC tulang belakang jika sering berinteraksi dengan penderita TBC.
Penderita TBC tulang belakang yang tidak memiliki TB paru tidak dapat menularkan penyakit ini lewat udara. Akan tetapi, penyebaran bisa terjadi jika seseorang terkena darah atau nanah dari luka penderita.
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terinfeksi TBC tulang belakang, yaitu:
- Tinggal di area yang kumuh dan padat
- Tinggal di area dengan tingkat kasus tuberkulosis yang tinggi
- Berinteraksi dengan orang yang berisiko tinggi menderita infeksi TB
- Berusia lanjut
- Menderita kondisi yang menyebabkan daya tahan tubuh menurun, seperti HIV/AIDS, kanker, penyakit ginjal stadium lanjut, dan diabetes
- Menjalani pengobatan yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh menurun, seperti kemoterapi, transplantasi organ, dan terapi imunosupresan
- Menderita kecanduan alkohol atau menggunakan obat-obatan terlarang
- Merawat pasien yang menderita infeksi TB
Gejala TBC Tulang Belakang
Keberadaan TBC tulang belakang sulit dideteksi, karena gejala umumnya baru akan timbul setelah infeksi cukup parah atau mencapai stadium lanjut. Terkadang, gejala juga dapat terjadi tanpa disadari.
Penderita TBC tulang belakang biasanya mengalami gejala berupa:
- Nyeri punggung yang terpusat di satu bagian dan makin lama makin berat
- Rasa kaku di punggung
- Benjolan atau pembengkakan di punggung
- Punggung bungkuk (kifosis)
TBC tulang belakang juga dapat disertai oleh gejala umum tuberkulosis, seperti:
- Kelelahan
- Demam
- Keringat dingin
- Hilang nafsu makan
- Berat badan menurun
Karena TBC tulang belakang dapat disertai dengan TB paru, gejala TB paru seperti batuk dan sesak napas juga bisa terjadi.
Jika TBC tulang belakang sudah cukup parah, akan timbul gejala yang lebih serius, seperti:
- Kesulitan bergerak atau berjalan, terutama pada anak-anak
- Tungkai yang memendek pada anak-anak
- Gangguan saraf, seperti kelemahan atau kelumpuhan otot, mati rasa dari pinggang ke bawah, nyeri yang menyengat dan menjalar, dan sindrom cauda equina
- Kelainan bentuk tulang belakang
- Nyeri kepala, kaku leher, demam, akibat penyebaran tuberkulosis ke selaput otak
Meski jarang terjadi, TBC tulang belakang juga dapat terjadi di bagian leher dan menyebabkan gejala seperti sulit menelan (disfagia), suara serak (stridor), tortikolis, dan lemah otot atau mati rasa di kedua tangan dan kaki.
Kapan harus ke dokter
Lakukan pemeriksaan ke dokter jika Anda mengalami gejala yang telah disebutkan di atas, terutama jika Anda memiliki riwayat tuberkulosis atau diduga telah terpapar tuberkulosis dari orang lain. Meski gejala tersebut belum tentu disebabkan oleh TBC tulang belakang, pemeriksaan ke dokter perlu dilakukan guna memastikan diagnosis.
Jika Anda memiliki faktor risiko TBC tulang belakang, disarankan untuk melakukan skrining ke dokter. Hal ini bertujuan untuk mendeteksi adanya TB laten di dalam tubuh.
Diagnosis TBC Tulang Belakang
Untuk mendiagnosis tuberkulosis, dokter akan melakukan tanya jawab terkait gejala yang dialami. Dokter juga akan menanyakan riwayat kesehatan pasien dan keluarga, guna mencari tahu kemungkinan adanya faktor risiko TBC tulang belakang.
Setelah itu, pemeriksaan fisik secara menyeluruh akan dilakukan, yang meliputi penimbangan berat badan, pengukuran suhu tubuh dan tekanan darah, pemeriksaan jantung dan paru-paru, pemeriksaan kelenjar getah bening, dan pemeriksaan tulang belakang.
Guna menegakkan diagnosis TBC tulang belakang, pemeriksaan penunjang akan dilakukan untuk mendeteksi adanya infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Beberapa pemeriksaan tersebut adalah:
- Kultur bakteri, dengan memeriksa sampel darah atau dahak
- Biopsi, dengan mengambil sampel jaringan yang terinfeksi
- Pemindaian dengan foto Rontgen, CT scan, atau MRI, untuk mendeteksi masalah di tulang belakang
- Tes cairan tubuh untuk memeriksa infeksi, dengan mengambil cairan sendi atau cairan pleura (di paru-paru) dan cairan serebrospinal (di otak dan tulang belakang), jika tuberkulosis diduga juga terjadi di lokasi tersebut
- Tes PCR (polymerase chain reaction), untuk mendeteksi materi genetik dari bakteri penyebab TBC
- Tes imunologi, untuk mendeteksi antibodi yang melawan bakteri penyebab TBC dengan mengambil sampel darah atau cairan tubuh pasien
Tuberkulosis perlu diatasi secara menyeluruh sehingga penyakit penyerta yang sering menyertai tuberkulosis juga perlu dideteksi. Oleh sebab itu, pasien juga mungkin akan menjalani pemeriksaan untuk mendeteksi HIV/AIDS atau diabetes.
Pengobatan TBC Tulang Belakang
TBC tulang belakang umumnya dapat sembuh sepenuhnya dengan pengobatan yang dilakukan dengan tepat dan sedini mungkin. Sebaliknya, kondisi ini bisa berakibat fatal bagi penderitanya jika tidak diobati.
Pengobatan TBC tulang belakang bertujuan untuk menghilangkan infeksi tuberkulosis dan memulihkan kerusakan yang telah terjadi pada tulang belakang. Berikut ini adalah beberapa metode pengobatan yang dapat dilakukan untuk menangani TBC tulang belakang:
Obat-obatan
Infeksi bakteri penyebab TBC tulang belakang dapat diatasi dengan antibiotik yang tergolong dalam obat antituberkulosis (OAT). Pengobatan dengan OAT dapat berlangsung selama 9–12 bulan.
Jenis antibiotik yang paling sering digunakan sebagai obat antituberkulosis meliputi:
- Rifampicin
- Isoniazid
- Ethambutol
- Pyrazinamide
Pengobatan di atas harus dilakukan sesuai dengan aturan yang diberikan dokter. Perlu diingat, antibiotik harus dihabiskan meski pasien mengalami perbaikan gejala di beberapa bulan pertama. Dengan kepatuhan minum obat yang baik, kesempatan untuk sembuh bagi pasien TBC tulang belakang cukup baik.
Sebaliknya, mengonsumsi obat tidak sesuai aturan atau menghentikan pengobatan sebelum waktunya dapat menyebabkan bakteri menjadi kebal (resisten) terhadap obat tersebut. Akibatnya, penyakit ini dapat berkembang menjadi lebih parah dan lebih sulit untuk disembuhkan.
Pada kasus TBC tulang belakang yang resisten obat, kombinasi obat-obatan di atas tidak bisa lagi digunakan. Pengobatan perlu dilakukan dengan antibiotik yang lebih kuat, seperti levofloxacin, protionamide, amikacin, atau streptomycin.
Obat-obatan di atas bisa diberikan dalam bentuk oral (minum) atau injeksi (suntikan), dan dilakukan setiap hari. Pada TBC tulang belakang yang resisten, durasi pemberian obat bisa lebih lama, yaitu minimal 20 bulan.
Selain pemberian obat antituberkulosis, dokter juga dapat memberikan kortikosteroid. Obat ini bertujuan untuk mengurangi peradangan, meredakan gejala, dan mencegah komplikasi.
Penggunaan alat bantu
Selain pemberian obat-obatan, pasien juga akan disarankan untuk mengenakan gips atau penyangga tulang belakang (spinal brace). Tujuannya adalah untuk membatasi pergerakan tubuh pasien. Biasanya, alat bantu digunakan selama 2–3 bulan pertama pengobatan atau sampai kondisi tulang belakang kembali stabil.
Operasi
Pada kasus yang cukup parah, prosedur operasi perlu dilakukan, terutama jika:
- Terdapat gangguan saraf, seperti kelumpuhan atau kelemahan otot
- Bentuk tulang belakang sudah sangat berubah dan menyebabkan nyeri
- Pengobatan dengan obat-obatan tidak memberikan respons yang baik
Prosedur operasi dilakukan dengan mengangkat bagian tulang belakang yang telah rusak (laminektomi).
Komplikasi TBC Tulang Belakang
TBC tulang belakang dapat menyebabkan beberapa komplikasi, yaitu:
- Kerusakan tulang belakang yang terus bertambah parah hingga berakhir dengan meleburnya tulang belakang satu dengan yang lain
- Cedera saraf tulang belakang yang menimbulkan gangguan saraf permanen, seperti lemah otot atau bahkan kelumpuhan
- Gagal hati atau gagal ginjal
- Abses yang dapat menyebar hingga ke otot di sekitar tulang belakang, atau bahkan lebih jauh hingga ke area paha dan menyebabkan luka terbuka
- Penyebaran infeksi ke selaput otak yang dapat menyebabkan meningitis, atau ke selaput jantung yang dapat meningkatkan risiko kematian
Pencegahan TBC Tulang Belakang
Sama dengan langkah pengobatan penyakit tuberkulosis, vaksinasi adalah metode utama untuk mencegahan TBC tulang belakang. Vaksin yang diterima adalah vaksin Bacillus Calmette-Guerrin atau BCG. Namun, perlu diketahui bahwa vaksin ini lebih efektif bila diberikan pada bayi dibandingkan pada orang dewasa.
Selain itu, mencegah HIV/AIDS juga dapat menurunkan risiko terserang TBC tulang belakang. Hal ini karena TBC tulang belakang lebih rentan terjadi pada penderita HIV/AIDS.
Jika Anda mengalami tuberkulosis paru yang aktif (bergejala), ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah penularan ke orang lain, yaitu:
- Minum obat secara teratur sesuai dengan aturan yang diarahkan dokter.
- Tetap berada di rumah pada beberapa minggu pertama masa pengobatan, tetapi kurangi kontak dengan orang rumah.
- Tutup mulut atau kenakan masker ketika bertemu dengan orang lain atau berada di tempat umum.
- Buang tisu yang digunakan untuk membuang dahak dengan terlebih dahulu memasukannya ke dalam kantong plastik.
- Pastikan rumah memiliki sirkulasi udara yang baik demi melancarkan pergantian udara di dalam rumah.
- Hindari terlalu sering berinteraksi dan berkerumun dengan orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar